Senin, 29 November 2010

Fenomena Kuatnya Pengaruh Kebenaran Al Qur'an

Sejak awal turunnya, Al-Qur’an telah menyihir bangsa Arab, baik mereka yang telah dibukakan hatinya kepada Islam ataupun mereka yang Allah jadikan penghalang pada pandangannya. Apabila kita memperhatikan segolongan kecil orang-orang yang berhasil didakwahi oleh Muhammad secara sendirian di awal Islam, seperti isteri beliau Khadijah, sahabatnya Abu Bakr, anak pamannya Ali, bekas budaknya Zaid, dan yang lainnya, maka kita akan mendapati bahwa Al-Qur’an merupakan agen efektif, atau salah satu dari agen-agen efektif, dalam keimanan generasi awal tersebut, di hari dimana Muhammad dan juga Islam belum memiliki daya dan kekuatan.


Kisah berimannya Umar bin Al-Khaththab dan kisah berpalingnya Al-Walid bin Al-Mughirah merupakan dua contoh dari sekian banyak kisah tentang keimanan dan keberpalingan. Kedua kisah tersebut telah menyingkap adanya ‘sihir’ Al-Qur’an yang dialami oleh bangsa Arab sejak awal Islam. Kedua kisah tersebut juga menjelaskan  tentang ekstensifnya ‘sihir’ dahsyat Al-Qur’an, yang diakui baik oleh kaum beriman maupun oleh kaum kafir.

Adapun tentang kisah berimannya Umar terdapat riwayat yang cukup banyak. Diantaranya ialah riwayat Atha’ dan Mujahid yang dinukil oleh Ibnu Ishaq dari Abdullah bin Abi Nujaih. Riwayat tersebut menyebutkan bahwa Umar ra berkata,”Dahulu aku sangat jauh dari Islam. Saat itu aku gemar sekali minum khamr. Kami memiliki suatu majelis yang disitu  para lelaki Quraisy berkumpul bersama… Maka suatu saat keluarlah aku untuk menemui mereka di majelis tersebut, namun aku tidak mendapatkan siapa-siapa. Maka aku pun berkata,”Bagaimana seandainya aku mendatangi si Fulan dengan membawa khamr!”. Maka aku pun pergi kesana namun aku tidak mendapatinya. Maka aku pun berkata,”Bagaimana seandainya aku datang ke Ka’bah lalu bertawaf tujuh atau tujuh puluh kali!”. Maka aku pun datang ke Masjidil Haram untuk bertawaf mengelilingi Ka’bah. Saat itu ternyata Rasulullah saw sedang berdiri sholat. Saat itu beliau shalat menghadap ke arah Syam dan menjadikan Ka’bah berada diantara beliau dan Syam. Beliau berdiri diantara dua rukun: Rukun Aswad dan Rukun Yamani. Saat melihatnya aku berkata,”Demi Allah, bagaimana seandainya aku mendengarkan apa yang diucapkan oleh Muhammad untuk satu malam ini saja! Maka aku pun berdiri dan berjalan mendekatinya. Aku mendekat dari arah Hijr (Ismail) sampai aku masuk dibawah kelambu Ka’bah. Tidak ada apa-apa diantara aku dan beliau kecuali kelambu Ka’bah. Ketika aku mendengar Al-Qur’an, hatiku jadi tersentuh sehingga aku pun menangis. Itulah yang menyebabkan aku masuk Islam”.

Terdapat pula riwayat lain yang secara ringkas mengkisahkan sebagai berikut: Suatu saat Umar keluar dengan bergegas sambil membawa pedangnya untuk menghabisi Rasulullah dan para sahabatnya yang diberitakan sedang berkumpul di sebuah rumah di dekat Shafa. Semuanya kira-kira berjumlah empat puluh orang, laki-laki dan wanita.

Di tengah jalan, Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah yang menanyakan tujuan kepergiannya. Maka Umar pun memberitahukan tujuan kepergiannya. Orang-orang Bani Abdi Manaf menakut-nakuti Umar dan menyuruh Umar untuk kembali saja menemui sebagian kerabatnya yakni anak angkatnya Sa’id bin Zaid bin Amr dan saudara perempuannya Fathimah binti Al-Khaththab, karena keduanya telah keluar dari agama lamanya.

Maka Umar pun pergi untuk menemui keduanya. Disana Umar mendengar Khabbab sedang membacakan Al-Qur’an kepada keduanya. Lalu Umar mendobrak pintu kemudian menyerang anak angkatnya Said dan melukai saudara perempuannya Fathimah… Sehabis bercakap-cakap,  Umar mengambil sebuah lembaran Al-Qur’an dan disitu terdapat surat Thaha. Ketika dia membaca beberapa ayat di awal surat tersebut, dia lalu berkata,”Alangkah indah dan mulianya kalimat-kalimatnya!” Kemudian dia pun pergi menemui Nabi saw dan menyatakan keislamannya. Maka Nabi pun bertakbir dan memberitahu sahabat-sahabat dari kalangan keluarganya bahwa Umar telah masuk Islam.

Disamping itu, terdapat pula riwayat yang lain yang rasanya tidak perlu aku kemukakan.

Semua riwayat tersebut bertemu pada satu titik yakni bahwa Umar mendengar atau membaca sesuatu dari Al-Qur’an, dimana itulah yang mendorongnya masuk Islam.

Begitulah kisah Umar bin Al-Khaththab. Adapun tentang kisah keberpalingan  Al-Walid ibn Al-Mughirah, juga terdapat riwayat yang cukup banyak, yang bisa diringkaskan sebagai berikut:

Sesungguhnya Al-Walid bin Al-Mughirah suatu saat telah mendengar Al-Qur’an dan  dia seolah-olah  tertarik dengannya. Maka orang-orang Quraisy berkata,”Demi Allah, Al-Walid telah berpindah agama, dan setiap orang Quraisy juga jangan-jangan akan berpindah agama”. Kemudian mereka membawa Abu Jahl kepada Al-Walid, menggugah kesombongan dan gengsinya atas nasab dan hartanya, lalu meminta Al-Walid untuk mengatakan tentang Al-Qur’an suatu perkataan yang bisa menunjukkan kepada kaumnya bahwa dia tidak suka terhadap Al-Qur’an. Al-Walid berkata,”Lalu aku harus berkata apa tentang Al-Qur’an? Demi Allah, tidak ada seorang pun dari kalian yang lebih paham dariku tentang syair, rajaz, qasidah, atau syair jin (mantra). Demi Allah, Al-Qur’an sama sekali tidak menyerupai semua itu. Demi Allah! Sesungguhnya dalam kalimat-kalimat Al-Qur’an ada kenikmatan dan didalamnya juga ada keindahan yang luar biasa. Sesungguhnya Al-Qur’an akan melindas apa saja yang ada dibawahnya, ia amat tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya”. Maka Abu Jahl berkata,”Demi Allah, kaummu tidak akan ridha sampai engkau mengatakan apa yang kuminta”. Al-Walid berkata,”Kalau begitu, biarkan aku berpikir dahulu”. Setelah berpikir, dia berkata,”Sesungguhnya Al-Qur’an itu tidak lain kecuali sihir yang dilontarkan. Tidakkah engkau lihat bahwa ia telah memisahkan antara seorang lelaki dari keluarga dan kerabat-kerabatnya?”

Mengenai peristiwa ini Al-Qur’an menyebutkan:

((انه فكر وقدر, فقتل! كيف قدر؟ ثم قتل! كيف قدر؟ ثم نظر, ثم عبس و بسر, ثم أدبر واستكبر,

فقال: ان هذا الا سحر يؤثر))

“Sesungguhnya ia berpikir dan menimbang-nimbang, maka celakalah ia! Bagaimana ia menimbang-nimbang? Kemudian celakalah ia! Bagaimana ia menimbang-nimbang? Kemudian ia memandang, lalu muram dan cemberut, lalu berpaling dan menyombongkan diri, lau ia pun berkata,’Sesungguhnya Al-Qur’an itu tidak lain ialah sihir yang dilontarkan”.

Sihir yang dilontarkan, yang memisahkan seseorang dari keluarga, anak-anak, dan kerabatnya… Begitulah perkataan seorang yang berpaling dari Islam, menyombongkan diri untuk ber-islam di hadapan Muhammad, dan terlalu gengsi atas nasab, harta, dan anak-anaknya. Itu sama sekali bukanlah perkataan seorang yang beriman, yang justru akan tumbuh imannya setelah menyaksikan ‘sihir’ Al-Qur’an yang tak terkalahkan tersebut!

Dari sini bertemulah kisah kekufuran dengan kisah keimanan, dalam hal pengakuannya terhadap adanya ‘sihir’ Al-Qur’an! Dua sosok kuat telah bertemu dalam hal pengakuan terhadap adanya ‘sihir’ Al-Qur’an, dimana diantara keduanya terdapat perbedaan sikap. Dada Umar menjadi lapang dan terbuka menerima Islam, sementara Al-Walid justru diliputi oleh kesombongan dan keangkuhan. Masing-masing dari mereka berjalan diatas jalan yang saling bertolak belakang, setelah sebelumnya bertemu di satu titik yakni titik pengakuan terhadap adanya ‘sihir’ Al-Qur’an.

* * *

Sebagian orang kafir saat itu juga suka mengatakan,”Janganlah kalian mendengarkan Al-Qur’an dan abaikanlah ia agar kalian tidak menjadi takluk kepadanya”. Perkataan ini menunjukkan adanya kegentaran pada hati mereka terhadap kekuatan Al-Qur’an. Mereka menyaksikan bahwa pengikut-pengikut mereka telah dan akan tersihir setiap kali mendengar satu atau dua ayat Al-Qur’an, satu atau dua surat Al-Qur’an, yang dibacakan oleh Muhammad atau salah seorang pengikutnya.

Para pemimpin Quraisy secara diam-diam sebetulnya mengakui adanya ‘sihir’ Al-Qur’an. Jika tidak, mereka tentunya tidak akan mengeluarkan seruan sebagaimana diatas.

Mereka juga mengingkari Al-Qur’an dengan mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah dongeng orang-orang terdahulu. Mereka mengatakan

((قد سمعنا, ولو نشاء لقلنا مثل هذا. ان هذا الا أساطير الأولين))

“Sungguh kami telah mendengarkan. Seandainya kami mau maka kami juga akan mengucapkan yang serupa Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an hanyalah dongeng orang-orang terdahulu”.

Maka Allah pun membalas tawaran mereka dengan berfirman ((قل فأتوا بعشر سور مثله مفتريات)) “Katakanlah (wahai Muhammad):’Datangkanlah sepuluh surat buatan kalian yang serupa dengan Al-Qur’an ini”. ((بسورة مثله قل فأتوا)) “Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Datangkanlah satu surat saja yang serupa dengan Al-Qur’an”…… Namun, mereka ternyata tidak dapat mendatangkan sepuluh surat atau bahkan satu surat saja! Dan mereka memang pada dasarnya tidak pernah mencobanya (karena memang sudah merasa tidak akan mampu), kecuali apa yang dilakukan oleh beberapa nabi palsu sepeninggal Muhammad namun ternyata juga tidak bisa menyamai apalagi menandingi Al-Qur’an.

* * *

Untuk melengkapi pasal ini, kami akan mengemukakan beberapa gambaran yang termuat dalam Al-Qur’an mengenai betapa kuatnya pengaruh Al-Qur’an, terhadap orang-orang yang dikaruniai ilmu dan juga orang-orang yang hatinya luluh oleh Al-Qur’an.

“Sungguh engkau akan mendapati bahwa orang-orang yang paling hebat permusuhannya terhadap orang yang beriman adalah Yahudi dan orang-orang musyrik. Sungguh engkau juga akan mendapati diantara mereka terdapat orang-orang yang sangat mencintai orang-orang yang beriman. Mereka itu mengatakan:’Sesungguhnya kami adalah orang-orang Nasrani’. Yang demikian itu karena diantara mereka terdapat para pendeta dan rahib yang tidak menyombongkan diri. Apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, engkau akan melihat air mata berlinangan mengalir dari mata mereka karena mengetahui kebenaran. Mereka pun mengatakan:’Wahai Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami termasuk kedalam orang-orang yang menyaksikan”. (QS Al-Maidah: 82-83)

Ayat diatas menggambarkan bekas yang sangat kuat pada perasaan tatkala mendengarkan Al-Qur’an. Air mata bercucuran mengalir dari mata mereka karena mengetahui kebenaran.  Ini, tanpa sedikit pun keraguan, benar-benar menunjukkan pengaruh yang kuat dari kebenaran Al-Qur’an. Ayat berikut ini juga memperkuat fenomena tersebut.

“Sesungguhnya orang-orang yang dikaruniai ilmu sebelumnya, apabila dibacakan Al-Qur’an kepada mereka maka mereka segera sujud bersungkur,dan mengatakan:’Maha suci Rabb kami. Janji Rabb kami  pasti terlaksana’. Mereka pun bersujud sambil menangis, dan mereka pun bertambah khusyu’”. (Al-Isra’: 107)

Demikian pula ayat berikut ini, tentang orang-orang yang takut kepada Rabb mereka.

“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan berupa sebuah kitab yang ayat-ayatnya mutasyabih (serupa satu sama lain) dan berulang-ulang, yang mampu membuat merinding kulit orang-orang yang takut kepada Rabb mereka, kemudian kulit dan hati mereka pun menjadi tenang dengan mengingat Allah”. (QS Al-Zumar: 23)

Demikianlah: (( ayat-ayatnya mampu membuat merinding kulit orang-orang yang takut kepada Rabb mereka)), ((mereka pun bersujud sambil menangis, dan mereka pun bertambah khusyu’)), ((engkau akan melihat air mata berlinangan mengalir dari mata mereka))… Semua itu merupakan pengaruh yang begitu membekas pada jiwa, menggerakkan perasaan, dan membuat air mata berlinangan. Orang-orang yang beriman begitu nikmat mendengarkannya, lalu bergegas menyambutnya, sebagaimana orang yang tersihir. Sebaliknya, orang-orang yang menyombongkan diri mengatakan,”Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanyalah sihir yang dilontarkan”, atau mengatakan,”Janganlah kalian mendengarkan Al-Qur’an  dan abaikanlah agar kalian tidak takluk kepadanya”. Mereka pada dasarnya telah mengakui kemukjizatan Al-Qur’an yang terkalahkan tanpa mereka sadari, atau mereka sadari!
Sumber:www.menaraislam.com

Foto Gua Gua yang Terindah
















Sumber:
http://ruangfotounik.blogspot.com

Foto Eksklusif Kunjungan Obama I So Glad To Return To Indonesia









 Setidaknya Jakarta Indonesia tidaklah bisa dipisahkan dari sejarah hidup seorang Barrack Obama karena masa kecilnya pernah dilalui di ibu kota Indonesia ini, hingga pastilah ada kerinduan  untuk melihat bagaimana tempat yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya tersebut. Sekarang  puluhan tahun ditinggalkan ditengah puncak kesuksesan dalam hidup Obama sebagai orang nomer satu di Amerika dia berkesempatan untuk sedikit melakukan kilas balik perjalanan masa silamnya di Jakarta, selamat datang Berry
     Sumber:http://www.suaramedia.com

Lima Fase Perjalanan Kehidupan Manusia

Manusia adalah hamba Allah (’abdullah) dan khalifah di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia berkewajiban untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia berkewajiban untuk memakmurkan bumi, melakukan perbaikan (ishlah) di atasnya, dan tidak malah membuat kerusakan di atasnya. Manusia adalah salah satu dari dua tsaqalaani, yaitu dua makhluq yang dibebani dengan syariat dan harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya: jin dan manusia. Dua makhluq ini berbeda dengan segenap makhluq yang lain yang tidak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jin dan manusia memiliki pilihan untuk taat atau ingkar, sedangkan makhluq Allah yang lain tidak memiliki pilihan karena pilihan mereka hanya satu : taat kepada Allah. Langit dan bumi seluruhnya tunduk dan patuh kepada Allah secara sukarela, dengan cara mereka sendiri-sendiri. Sedangkan jin dan manusia ada yang taat dan ada pula yang ingkar. Dahulu kala Allah telah menawarkan amanah kekhalifahan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, dan semua menolaknya, akan tetapi manusia mau menerimanya. Oleh karena itu, manusia telah diberikan oleh Allah berbagai potensi untuk bisa mengemban tugas dan amanahnya tersebut. Jika seorang manusia sangat taat kepada Allah, derajatnya bisa lebih tinggi daripada malaikat, karena malaikat memang diciptakan untuk taat semata sementara manusia taat karena pilihannya. Akan tetapi jika seorang manusia ingkar kepada Allah, derajatnya bisa lebih rendah daripada binatang, karena binatang tidak memiliki akal pikiran sementara manusia memiliki akal pikiran.

Adam as, sebagi manusia pertama, diciptakan oleh Allah dari tanah. Kemudian Allah meniupkan ruh ke dalam jasad tersebut sehingga terciptalah Adam sebagai manusia yang sempurna. Dahulu, ketika umat manusia masih dalam bentuk ruh, Allah telah mengikat perjanjian dengan manusia. Allah berkata,”Bukankah Aku adalah Rabb kalian?” Manusia menjawab,”Ya, kami menyaksikannya” (QS Al-A’raf : 172). Inilah perjanjian tauhid antara manusia dan Rabb-nya. Inilah fithrah manusia, yang masih dia bawa ketika ia baru dilahirkan.

Manusia memiliki ruh dan jasad. Jadi, manusia memiliki ’unsur langit’ (yaitu ruh) sekaligus ’unsur bumi’ (yaitu jasad). Ruh cenderung menarik manusia kepada Penciptanya, sedangkan jasad cenderung menarik manusia kepada kecenderungan hewani. Kedua kecenderungan itu harus diseimbangkan.

Manusia mengalami lima fase perjalanan kehidupan: alam azali (sewaktu masih berupa ruh), alam rahim (ketika berada dalam kandungan ibunya), alam dunia, alam barzakh (alam kubur), dan alam akhirat yang kekal. Demikianlah. Manusia dahulunya mati (sebelum dilahirkan), kemudian dihidupkan (di dunia ini), kemudian dimatikan lagi (di alam kubur), dan nanti akan dihidupkan lagi selama-lamanya (di akhirat) sampai dengan waktu yang Allah kehendaki. Manusia dihidupkan di dunia ini untuk diuji: mana yang mukmin dan mana yang kafir, mana yang taat dan mana yang ingkar. Dan masa ujian ini amatlah pendek, sehingga manusia harus benar-benar cermat dalam memanfaatkan setiap detik waktu dalam kehidupannya di dunia ini. Dunia ini adalah masa menanam bagi manusia, sedangkan akhirat adalah masa menuai.
Sumber:http://www.suaramedia.com

Kunci-Kunci Pembuka Pintu Surga

Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya. Namun, tahukah Anda apa kunci surga itu? Bagi yang merindukan surga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.


Tetapi Anda tak perlu gelisah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan pada umatnya apa kunci surga itu, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang mulia, beliau bersabda:

“Barang siapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk surga.“ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).

Ternyata, kunci surga itu adalah Laa ilaahaa illallah, kalimat Tauhid yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah pintu surga kita buka? Bukankah banyak orang yang siang malam mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, tetapi mereka masih meminta-minta (berdoa dan beribadah) kepada selain Allah, percaya kepada dukun-dukun dan melakukan perbuatan syirik lainnya? Akankah mereka ini juga bisa membuka pintu surga? Tentu tidak mungkin!

Dan ketahuilah, yang namanya kunci pasti bergerigi. Begitu pula kunci surga yang berupa Laa ilaaha illallah itu, ia pun memiliki gerigi. Jadi, pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (3/109), bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al Imam Wahab bin Munabbih (seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a yang hidup pada tahun 34-110 H), “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci yang bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu!”

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa ilaaha illallah itu?

Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illallah itu adalah syarat-syarat Laa ilaaha illallah. Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qashim Al Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illallah itu ada delapan, yaitu:

Pertama: Al ‘Ilmu (mengetahui)
Maksudnya adalah Anda harus mengetahui arti (makna) Laa ilaaha illallah secara benar. Adapun artinya adalah: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada uhan yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).

Seandainya Anda mengucapkan kalimat tersebut, tetapi Anda tidak mengerti maknanya, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

Kedua: Al Yaqin (Meyakini)
Maksudnya adalah Anda harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illallah tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).

Ketiga: Al Qobul (Menerima)
Maksudnya Anda harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illallah dengan senang hati, baik secara lisan maupun perbuatan, tanpa menolak sedikit pun. Anda tidak boleh seperti orang-orang musyrik yang digambarkan oleh Allah dalam Al Qur’an:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ * وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

“Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka: (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata: Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?” (Ash Shaffat: 35-36).

Keempat: Al Inqiyad (Tunduk Patuh)
Maksudnya Anda harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illallah dalam amal-amal nyata. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ

“Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepada-Nya.“ (Az-Zumar: 54).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى

“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah).” (Luqman: 22).

Kelima: Ash Shidq (Jujur atau Benar)
Maksudnya Anda harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illallah, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun.

Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Keenam: Al Ikhlas (Ikhlas)
Maksudnya Anda harus membersihkan amalan Anda dari noda-noda riya’ (amalan ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Ketujuh: Al Mahabbah (Cinta)

Maksudnya Anda harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan di antara manusia ada yang menbuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang dicintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Allah di atas segala-galanya).” (Al-Baqarah: 165).
 
Dari sini kita tahu, Ahlut Tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahlus syirik mencintai Allah dan mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illallah.(ed,).

Kedelapan: Al Kufru bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Maksudnya Anda harus mengingkari segala sesembahan selain Allah, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga Anda harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu batil dan tidak pantas disembah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا

“Maka barang siapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah), yang tidak akan putus….” (Al-Baqarah: 256).

Saudaraku kaum muslimin, dari sini dapatlah kita ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta banyaknya. Karena itu perhatikanlah!

Wallahu a’lamu bish shawwab.
Sumber:http://www.suaramedia.com

"Tusuk Konde" dan Dunia Ekstrim Manusia Jawa

VOA News - Sutradara Garin Nugroho memberikan interpretasi lain kisah Ramayana dalam Opera Jawa lakon “Tusuk Konde” yang ditampilkan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Lakon “Tusuk Konde” adalah satu dari trilogi Opera Jawa, karya sutradara film Garin Nugroho, yang ditampilkan di Taman Ismail Marzuki (TIM), pada Kamis malam lalu.







Kisah yang diangkat dari epik Ramayana ini berpusat pada cinta segitiga antara Rama, Sinta, dan Rahwana.

Meskipun berjudul “Opera Jawa”, keragaman bunyi dan irama sangat terasa pada musik gubahan komponis kenamaan Rahayu Supanggah, yang sukses menggarap musik untuk pertunjukkan musikal “I La Galigo” di Asia dan Eropa, beberapa tahun lalu.

Tata musik yang rapi itu berpadu sempurna dengan vokal Peni Candra Rini, sang penembang.

Kisah ini berakhir tragis, manakala Sinta dibunuh dengan tusuk konde oleh Rama, suaminya sendiri.

Garin Nugroho, sutradara yang sering menggarap tema-tema kontemporer dalam sinema Indonesia, menafsirkan tusuk konde lebih dari sekedar perhiasan perempuan.

Sutradara Garin Nugroho memberikan interpretasi lain kisah Ramayana dalam “Opera Jawa”, lakon “Tusuk Konde”, dengan mengangkat kisah cinta segitiga dalam dunia Jawa dewasa ini yang multikultur, sekaligus menghadapi problema antara nilai-nilai tradisional dan moderen.

“Sinta bisa berarti tanah yang diperebutkan, tanah yang meledak, yang gempa bumi, bisa juga menjadi kesucian manusia yang diperebutkan (oleh Rama dan Rahwana). Rama adalah simbol kebaikan yang memperebutkan bumi atau kesucian, tapi ada ketidakberdayaan pada kebebasan itu, yang berujung pada marah dan frustrasi. Itu tragedi juga ‘kan?” kata Garin.

Yang paling menarik, kisah yang penuh gairah ini tidak jatuh menjadi sesuatu yang klise. Musik pun tidak sebatas gamelan dan tembang, tetapi juga bunyi-bunyian khas Bali , Sunda, Nias, hingga seruling Minangkabau, yang dapat dinikmati di setiap adegan, oleh sekitar 300 penonton.

Kain batik yang dipakai para penari, juga berpadu seenaknya dengan jeans dan topi koboi yang dikenakan Eko Supriyanto sebagai Rahwana. Tidak ketinggalan seni instalasi karya Heri Dono, yang ikut menghidupkan latar panggung.










Tradisional bertemu dengan modern adalah konsekuensi budaya Jawa dewasa ini. Konsekuensi yang dilematis namun tetap harus dihadapi. Sejumlah seniman mengungkapkan apresiasinya atas karya Garin ini.

Selain masalah cinta segitiga, Garin juga mengangkat masalah 'Dunia Jawa' dewasa ini.

“Saya suka, lebih dari beberapa filmnya. Well-done! Dia menggunakan bahasa-bahasa kami dulu secara sempurna. Menurut saya, dia punya bahan-bahan yang baik, mulai dari pemain, dan musiknya… Saya kira dukungan dan ide-nya Garin itu, saya seolah-olah dibawa journey, masuk ke masa kecil dulu…” ungkap aktor Alex Komang.

Aktris Jajang C. Noer mengaku sangat menikmati karya tari Jawa kontemporer, meskipun ia sendiri bukan orang Jawa.

“Sudah lama saya tidak melihat tari-tarian Jawa yang baru, dan itulah Garin. Eko (Supriyanto) menari dengan bagus sekali. Juga perempuan (Sinta) bisa digambarkan kegatelan (karena berselingkuh), tetapi saya melihatnya secara visible (kasat mata) saja, saya tidak mau tahu apa maksud dibalik itu,” kata Jajang C. Noer.

Opera Jawa - “Tusuk Konde” ini pada September lalu sempat dipentaskan di Tropen Museum, Amsterdam , dan mendapatkan sambutan hangat dari pencinta seni di Eropa.
sumber:http://www.astaga.com

Fatimah Binti Maimun, Sang Mubaligh Pertama di Tanah Jawa

Bukti tertua kehadiran huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara ditemukan di sebuah makam di desa Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa Timur.


Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Dia wafat pada hari Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah / 1082 Masehi.

Penanggalan itu menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun ini merupakan bukti tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara. Demikian di tuliskan pada buku panduan pameran Budaya Islam di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada tanggal 11-17 September 1995.

Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, di tulis dengan huruf Arab dengan gaya Kufi, salah satu ragam kaligrafi, dengan tata bahasa Arab yang baik. Nisan ini juga memuat ayat Al-Qur’an, antara lain surat Al-Rahman ayat 28-27 dan surat Ali Imron ayat 185.

Bersama nisan Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 Rabiulawal 822 H / 8 April 1419 M, juga dimakamkan di Gresik, mengukuhkan pendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui Persia dan Gujarat. Ada juga sarjana yang mengatakan batu nisan tersebut mirip kuil tembok Hindu di Gujarat.

Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, “Bukti agama Islam masuk ke Nusantara dari Iran (persia), ialah ejaan dalam tulisan Arab, baris di atas, di bawah, dan di depan disebut jabar, Jer dan Pes. Ini adalah bahasa Iran. Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adalah Fathah, Kasrah dan Dhammah. Begitu pula huruf Sin yang tidak bergigi, sedangkan huruf Sin dalam bahasa arab adalah  bergigi, ini adalah salah satu bukti yang terang.”

Siapakah Fatimah binti Maimun? Ahli sejarah Cirebon abad ke 17, Wangsakerta, sebagai pangeran ketiga keraton pernah melakukan Gotrasawala (musyawarah kekeluargaan) ahli sejarah se Nusantara menelusuri silsilah para Syekh, guru agama dan Sultan keturunan Nabi Muhammad SAW yang menjadi tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Wangsakerta berdiskusi dengan Mahakawi sejarah dari Pasai, Jawa Timur, Cirebon, Arab, Kudus, dan Surabaya, serta ulama dari Cirebon dan Banten.

Hasilnya sebagai berikut: Rasulullah Muhammad SAW berputri Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib, berputra Husaian, berputra Zainal Abidin, yang menurunkan Muhammad Al-Baqir, bapak Ja’far Shadiq, berputra Ali Al-Uraidi, ayah Sulaiman Al-Basri, yang menetap di Persi, Sulaiman Abu Zain Al-Basri, yang menurunkan Ahmad Al-Baruni, ayah Sayyid Idris Al-Malik, yang berputra Muhammad Makdum Sidiq, yang terakhir ini adalah ayah Hibatullah, kakek Fatimah binti Maimun.

Masih menurut penelusuran itu, Fatimah menikah dengan Pria bernama Hassan yang berasal dari Arab bagian selatan.

Tentang Fatimah binti Maimun ini, pasangan peneliti H.J. de Graaf dan Th. Piqeaud menghubungkan-nya dengan tradisi Lisan Jawa, tentang putri Leran atau putri Dewi Swara. Dalam kaitan ini, kedua pakar Belanda ini juga menerima anggapan bahwa Gresik merupakan pusat tertua agama Islam di Jawa Timur.

Dengan demikian, tidak mustahil Fatimah binti Maimun itu pendakwah Islam pertama di Tanah Jawa, bahkan sangat boleh jadi di Nusantara. Namun ada penulis yang menyatakan, kakeknya pedagang dari Timur tengah, Hibatullah, menetap di Leran, dan menikah dengan wanita setempat, bahkan di duga sudah membangun masjid.

Apakah faktor kebetulan bila desa tempat Fatimah binti Maimun di makamkan itu bernama Leran? Tentu saja hal ini telah menjadi perbincangan para ahli sejarah sejak lama.

Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, misalnya berpendapat, di Persia itu ada satu suku namanya “Leren”, suku inilah yang mungkin dahulu datang ke tanah Jawa, sebab di Giri ada kampung Leren juga namanya. Begitu pula, ada suku Jawi di Persia. Suku inilah yang mengajarkan huruf Arab yang terkenal di Jawa dengan huruf Pegon.

Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama suku di Iran. mungkin Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa dibandingkan dengan data lain di Iran sendiri. Di sanapun terdapat desa yang namanya Jawi, sehingga dapat di tarik kesimpulan, pada abad ke ke 11 itu sudah ada lalu lintas dagang antara negeri kita dengan negeri Parsi. Peristiwa itu pasti terjadi berulang-ulang serta di mengerti banyak orang, baik di Jawa maupun di Iran.

Menurutnya, orang Parsi, yang datang ke Jawa merasa kerasan, lalu menetap. Sebaliknya orang Jawa yang merasa senang di Iran lalu menetap di sana dan menamai desanya Jawi – untuk  menunjukkan perkampungan orang Jawa disana..

Jadi, dapat disimpulkan, Fatimah binti Maimun adalah orang Parsi yang menetap di Jawa (tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya disana hingga sekarang terkenal sebagai desa Leran. Lebih jauh diketahui, di Kediri pada Abad ke 11 sudah banyak orang membuat rumah indah dengan genting warna-warni, kuning dan hijau. Gaya rumah demikian banyak kita jumpai di Parsi.

Apakah juga faktor kebetulan jika dari tanah Persia, Fatimah binti Maimun merantau ke pelabuhan Gresik, kemudian tinggal serta wafat dan dimakamkan di sana? Bersama nisan ulama Persia Maulana Malik Ibrahim, yang berangka tahun 882 H / 1419 M, sedang Nisan Fatimah yang berangka 475 H / 1082 M dilihat sebagai bukti bahwa pada waktu itu banyak orang Gresik yang telah menganut agama Islam. Bahkan sebelum kedatangan para Wali periode pertama, sudah banyak pedagang Islam di tanah Jawa. Mereka memilih daerah pelabuhan Gresik, yang saat itu sedang dalam kekuasaan kerajaan Majapahit, sebagai tempat tinggal mereka.

Bersama Tuban dan Jepara, pelabuhan Gresik sejak zaman Prabu Airlangga (1019-1041 M) bertahta, telah terjalin hubungan dagang dengan negara-negara manca. Di pantai Tuban banyak ditemukan kepingan uang emas dinar  Arab bertarikh abad ke 9 – 10, yang menunjukkan bahwa lalu lintas niaga antara Jawa dan Timur Tengah sudah pesat.

Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa Portugal, Tom Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret sampai Juni 1513, mencatat dalam jurnalnya, “Mereka mulai berdagang di negeri itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil membangun masjid dan Mullah, para ulama di datangkan dari Luar.”

Mengenai kemampuan melaut orang Jawa, Babat Tanah Jawi versi J.J. Meinnsma menggambarkan betapa kapal layar Jawa telah mengarungi samudra jauh sampai ke negeri Sophala di pantai Afrika Timur yang berhadapan dengan Madagaskar. Penjelajajahan itu terkait dengan kemajuan bidang industri pembuatan alat pertanian, seperti Cangkul dan sabit, serta alat persenjataan, yakni Keris yang bahan bakunya harus di cari sampai ke Afrika Timur. Itulah sebabnya, orang Jawa memberanikan diri berlayar ke Sophala dengan tujuan mencari bahan mentah besi yang ada di sana.

Akan tetapi ahli keris B.K.R.T. Hertog Djojonegoro menyatakan bahwa yang dicari jauh-jauh itu bukan hanya besi, melainkan juga batu metorit (watu lintang, batu bintang) sebagai bahan pamor atau “kesaktian” pada keris atau tombak. Pamor yang baik ada 111, antara lain berasal dari Gunung Uhud, di Arab Saudi, misalnya pamor “Subhanallah,, Alif dan Ahadiyat”, yang sangat besar kewibawaannya, serta pamor “Rahmatullahi.” Yang mendatangkan banyak rezeki.

Pengambilan pamor dari Gunung Uhud, menurut Hertog, menunujukkan bahwa suku bangsa Jawa khususnya dan bangsa Indonesia umumnya pada masa dahulu merupakan bangsa pelaut dan pedagang yang sudah mengunjungi tanah Arab dan sudah memiliki hubungan dagang dengan banyak negeri di kawasan Timur Tengah.

Diakui oleh bangsa asing melalui tulisannya bahwa dalam periode lama sebelum tarikh Masehi orang Indonesia merupakan bangsa pelaut, bahari dan pedagang ulung yang mencapai puncaknya pada zaman Sriwijaya, Syailendra, dan Majapahit. Kemudian masih berlangsung pada masa Demak dan Mataram di bawah Sultan Agung.

Keahlian membuat Keris hanyalah satu dari 10 ilmu asli yang dimiliki orang Jawa: Wayang, Gamelan, Metrik (cara dan alat penimbang), Batik, Logam (dan cara mengolahnya), sistem uang, ilmu pelayaran, Astronomi (ilmu perbintangan), penanaman Padi basah, dan sistem pemerintahan yang sangat teratur. (ar/sf) Sumber:www.suaramedia.com

Amr Bin Ash, Gembong Quraisy Yang Menjadi Panglima Muslim

Ada tiga orang gembong Quraisy yang amat menyusahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan sengitnya perlawanan mereka terhadap da’wahnya dan siksaan mereka terhadap shahabatnya.


Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berdo’a dan memohon kepada Tuhannya agar menurunkan adzabnya pada mereka.

Tiba-tiba sementara ia berdo’a dan memohon itu, turunlah wahyu atas kalbunya berupa ayat yang mulia ini:

Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Q.S. 3 Ali Imran: 128)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memahami bahwa maksud ayat itu ialah menyuruhnya agar menghentikan do’a untuk menyiksa mereka serta menyerahkan urusan mereka kepada Allah semata.

Kemungkinan, mereka tetap berada dalam keaniayaan hingga akan menerima adzab-Nya. Atau mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka hingga akan mempereroleh rahmat karunia-Nya ….

Maka ‘Amr bin ‘Ash adalah salah satu dari ketiga orang tersebut. Allah memilihkan bagi mereka jalan untuk bertaubat dan menerima rahmat, maka ditunjukiNya mereka jalan untuk menganut Islam, dan ‘Amr bin ‘Ash pun beralih rupa menjadi seorang Muslim pejuang, dan salah seorang panglima yang gagah berani. …

Dan bagaimana pun juga sebagian dari pendiriannya yang arah pandangannya tak dapat kita terima, namun peranannya sebagai seorang sahabat yang mulia, yang telah memberi dan berbuat jasa, berjuang dan berusaha, akan selalu membuka mata dan hati kita terhadap dirinya ….

Dan di sini di bumi Mesir sendiri, orang-orang yang memandang Islam itu adalah Agama yang lurus dan mulia, dan melihat pada diri Rasulnya shallallahu ‘alaihi wasallam rahmat dan ni’mat serta karunia, serta penyampai kebenaran utama, yang menyeru kepada Allah berdasarkan pemikiran dan mengilhami kehidupan ini dengan sebagian besar dari kebenaran dan ketaqwaan… , orang-orang yang beriman itu akan memendam rasa cinta kasih kepada laki-laki, yang oleh taqdir dijadikan alat-alat bagaimanapun untuk memberikan Islam ke haribaan Mesir, dan menyerahkan Mesir ke pangkuan Islam … ! Maka alangkah tinggi nilai hadiah itu, dan alangkah besar jasa Pemberinya … ! Sementara laki-laki yang menjadi taqdir dan dicintai oleh mereka itu, itulah dia ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu.

Para muarrikh atau ahli-ahli sejarah biasa menggelari ‘Amr radhiyallahu ‘anhu dengan “Penakluk Mesir”. Tetapi, menurut kita gelar ini tidaklah tepat dan bukan pada tempatnya. Mungkin gelar yang paling tepat untuk ‘Amr radhiyallahu ‘anhu ini dengan memanggilnya “Pembebas Mesir”. Islam membuka negeri itu bukanlah menurut pengertian yang lazim digunakan di masa modern ini, tetapi maksudnya tiada lain ialah membebaskannya dari cengkraman dua kerajaan besar yang menimpakan kepada negeri ini serta rakyatnya perbudakan dan penindasan yang dahsyat, yaitu imperium Persi dan Romawi ….

Mesir sendiri, ketika pasukan perintis tentara Islam memasuki wilayahnya, merupakan jajahan dari Romawi, sementara perjuangan penduduk untuk menentangnya tidak membuahkan hasil apa-apa …. Maka tatkala dari tapal batas kerajaan-kerajaan itu bergema suara takbir dari pasukan-pasukan yang beriman: “Allahu Akbar, Allahu Akbar …. “, mereka pun dengan berduyun-duyun segera menuju fajar yang baru terbit itu lalu memeluk Agama Islam yang dengannya mereka menemukan kebebasan mereka dari kekuasaan kisra maupun kaisar.

Jika demikian halnya, ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu bersama anak buahnya tidaklah menaklukkan Mesir! Mereka hanyalah merintis serta membuka jalan bagi Mesir agar dapat mencapai tujuannya dengan kebenaran dan mengikat norma dan peraturan-peraturannya dengan keadilan, serta menempatkan diri dan hakikatnya dalam cahaya kalimat-kalimat Ilahi dan dalam prinsip-prinsip Islami… !

‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, amat berharap sekali akan dapat menghindarkan penduduk Mesir dan orang-orang Kopti dari peperang agar pertempuran terbatas antaranya dengan tentara Romawi saja, yang telah menduduki negeri orang secara tidak sah, dan mencuri harta penduduk dengan sewenang-wenang ….

Oleh sebab itulah kita dapati ia berbicara ketika itu kepada pemuka-pemuka golongan Nasrani dan uskup-uskup besar mereka, katanya: “Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam membawa kebenaran dan menitahkan kebenaran itu …. Dan sesungguhnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah menunaikan tugas risalahnya kemudian berpulang setelah meninggalkan kami di jalan lurus terang benderang.

Di antara perintah-perintah yang disampaikannya kepada kami ialah memberikan kemudahan bagi manusia. Maka kami menyeru kalian kepada Islam ….Barang siapa yang memenuhi seruan kami, maka ia termasuk golongan kami, beroleh hak seperti hak-hak kami dan memikul kewajiban seperti kewajiban-kewajiban kami …. dan barang siapa yang tidak memenuhi seruan kami itu, kami tawarkan membayar pajak, dan kami berikan padanya keamanan serta perlindungan. Dan sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kami telah memberitakan bahwa Mesir akan menjadi tanggung jawab kami untuk membebaskannya dari penjajah, dan diwasiatkannya kepada kami agar berlaku baik terhadap penduduknya, sabdanya: -

“Sepeninggalku nanti, Mesir, menjadi kewajiban kalian untuk membebaskannya, maka perlakukanlah penduduknya dengan baik, karena mereka masih mempunyai ikatan dan hubungan kekeluargaan dengan kita … !”‘) HR. Muslim (1)

Maka jika kalian memenuhi seruan kami ini, hubungan kita semakin kuat dan bertambah erat … !”

‘Amr radhiyallahu ‘anhu menyudahi ucapannya, dan sebagian uskup dan pendeta menyerukan: “Sesungguhnya hubungan silaturrahmi yang diwasiatkan Nabimu shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah suatu pendekatan dengan pandangan jauh, yang tak mungkin disuruh hubungkan kecuali oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam… !”

Percakapan ini merupakan permulaan yang baik untuk tercapainya saling pengertian yang diharapkan antara ‘Amr radhiyallahu ‘anhu dan orang Kopti penduduk Mesir, walau panglima-panglima Romawi berusaha untuk menggagalkannya ….

‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu tidaklah termasuk angkatan pertama yang masuk Islam. Ia baru masuk Islam bersama Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu tidak lama sebelum dibebaskannya kota Mekah ….

Anehnya keislamannya itu diawali dengan bimbingan Negus raja Habsyi. Sebabnya ialah karena Negus ini kenal dan menaruh rasa hormat terhadap ‘Amr radhiyallahu ‘anhu yang sering bolak-balik ke Habsyi dan mempersembahkan barang-barang berharga sebagai hadiah bagi raja …. Di waktu kunjungannya yang terakhir ke negeri itu, tersebutlah berita munculnya Rasul yang menyebarkan tauhid dan akhlaq mulia di tanah Arab.

(1) Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa orang-orang Kopti di Mesir merupakan paman-paman dari Ismail shallallahu ‘alaihi wasallam. …. Karena ibunda Ismail Siti Hajar seorang wanita warga Mesir, diambil oleh Ibrahim shallallahu ‘alaihi wasallam. menjadi isterinya, sewaktu ia datang ke Mesir dan diberi hadiah oleh Fir’aun dan kemudian melahirkan Ismail ‘alaihissalam….

Maharaja Habsyi itu menanyakan kepada ‘Amr radhiyallahu ‘anhu kenapa ia tak hendak beriman dan mengikutinya, padahal orang itu benar-benar utusan Allah? “Benarkah begitu…?” tanya ‘Amr radhiyallahu ‘anhu kepada Negus. “Benar”, ujar Negus, “Turutlah petunjukku, hai ‘Amr dan ikutilah dia ! Sungguh dan demi Allah, ia adalah di atas kebenaran dan akan mengalahkan orang-orang yang menentangnya… !”

Secepatnya ‘Amr radhiyallahu ‘anhu terjun mengarungi lautan kembali ke kampung halamannya, lalu mengarahkan langkahnya menuju Madinah untuk menyerahkan diri kepada Allah Robbul’alamin.

Dalam perjalanan ke Madinah itu ia bertemu dengan Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan Utsman bin Thalhah, yang juga datang dari Mekah dengan maksud hendak bai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demi Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam melihat ketiga orang itu datang, wajahnya pun berseri-seri, lalu katanya pada shahabat-shahabatnya : “Mekah telah melepas jantung-jantung hatinya kepada kita …. ” Mula-mula tampil Khalid radhiyallahu ‘anhu dan mengangkat bai’at. Kemudian majulah ‘Amr radhiyallahu ‘anhu dan katanya: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam … ! Aku akan bai’at kepada anda, asal saja Allah mengampuni dosa-dosaku yang terdahulu … !”

Maka jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Hai ‘Amr! Bai’atlah, karena Islam menghapus dosa-dosa yang sebelumnya … !”

‘Amr radhiyallahu ‘anhu pun bai’at, dan diletakkannya kecerdikan dan keberaniannya dalam darmabaktinya kepada Agamanya yang baru ….

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpindah ke Rafiqul A’la, ‘Amr radhiyallahu ‘anhu sedang berada di Oman menjadi gubernurnya. Dan di masa pemerintah Umar radhiyallahu ‘anhu, jasa-jasanya dapat disaksikan dalam peperangan-peperangan di Syria, kemudian dalam membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi.

Wahai, kenapa ‘Amr bin ‘Ash tidak menahan ambisi pribadinya untuk dapat berkuasa! Seandainya demikian, tentulah ia akan dapat mengatasi dengan mudah sebagian kesulitan yang dialaminya disebabkan ambisinya ini … !

Tetapi ambisinya ingin berkuasa ini, sampai suatu batas tertentu, hanyalah merupakan gambaran lahir dari tabiat bathinnya yang bergejolak dan dipenuhi bakat … !

Bahkan bentuk tubuh, cara berjalan dan bercakapnya, memberi isyarat bahwa ia diciptakan untuk menjadi amir atau penguasa … ! Hingga pernah diriwayatkan bahwa pada suatu hari Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu melihatnya datang. Ia tersenyum melihat caranya berjalan itu, lalu katanya: “Tidak pantas bagi Abu Abdillah untuk berjalan di muka bumi kecuali sebagai amir … !”

Sungguh, sebenarnya ‘Amr atau Abu Abdillah tidak mengurangkan hak dirinya ini … ! Bahkan ketika bahaya-bahaya besar datang mengancam Kaum Muslimin, ‘Amr radhiyallahu ‘anhu menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan cara seorang amir … seorang amir yang cerdik dan licin serta berkemampuan, menyebabkannya percaya akan dirinya, serta yakin akan keunggulannya … !

Tetapi di samping itu ia juga memiliki sifat amanat, menyebabkan Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu -seorang yang terkenal amat teliti dalam memilih gubernur-gubernurnya – menetapkannya sebagai gubernur di Palestina dan Yordania, kemudian di Mesir selama hayatnya Amirul Mu’minin ini ….

Bahkan ketika Amirul Mu’minin radhiyallahu ‘anhu mengetahui bahwa ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dalam kesenangan hidup telah melampaui batas yang telah digariskannya terhadap para pembesamya, dengan tujuan agar taraf hidup mereka setingkat atau hampir setingkat dengan taraf hidup umumnya rakyat biasa, maka khalifah tidaklah memecatnya, hanya mengirimkan Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu dan memerintahkannya agar membagi dua semua harta dan barang ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, lalu meninggalkan untuknya separohnya, sedang yang separuhnya iagi hendaklah dibawanya ke Madinah untuk Baitul mal.

Seandainya Amirul Mu’minin radhiyallahu ‘anhu mengetahui bahwa ambisi ‘Amr radhiyallahu ‘anhu terhadap kekuasaan sampai menyebabkannya agak lalai terhadap tanggung jawabnya, tentulah jiwanya yang waspada itu tidak akan membiarkannya memegang kekuasaan walau agak sekejap pun … !

‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang berfikiran tajam, cepat tanggap dan jauh pandang … hingga Amirul Mu’minin Umar radhiyallahu ‘anhu, setiap ia melihat seorang yang singkat akal, dipertepukkannya kedua telapak tangannya dengan keras karena herannya, Seraya katanya:

“Subhanallah … ! Sesungguhnya Pencipta orang ini dan Pencipta ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu hanyalah Tuhan Yang Tunggal, keduanya sama benar … !”

Di samping itu ia juga seorang yang amat berani dan berkemauan keras….

Pada beberapa peristiwa dan suasana, keberaniannya itu disisipinya dengan kelihaiannya, hingga disangka orang ia sebagai pengecut atau penggugup. Padahal itu tiada lain dari tipu muslihat yang istimewa yang oleh ‘Amr radhiyallahu ‘anhu digunakannya secara tepat dan dengan kecerdikan mengagumkan untuk membebaskan dirinya dari bahaya yang mengancam … !

Amirul Mu’minin Umar radhiyallahu ‘anhu mengenal bakat dan kelebihannya ini sebaik-baiknya, serta menghitungkannya dengan sepatutnya.

Oleh sebab itu sewaktu ia dikirimnya ke Syria sebelum pergi ke Mesir, dikatakan orang kepada Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa tentara Romawi dipimpin oleh Arthabon, maksudnya panglima yang lihai dan gagah berani.

Jawaban Umar radhiyallahu ‘anhu ialah: “Kita hadapkan arthabon Romawi kepada arthabon Arab, dan baiklah kita saksikan nanti bagaimana akhir kesudahannya Ternyata bahwa pertarungan itu berkesudahan dengan kemenangan mutlak bagi arthabon Arab dan ahli tipu muslihat mereka yang ulung ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, sehingga arthabon Romawi, meninggalkan tentaranya menderita kekalahan dan meluputkan diri ke Mesir …, yang tak lama antaranya akan disusul oleh ‘Amr radhiyallahu ‘anhu ke negeri itu untuk membiarkan bendera dan panji-panji Islam di angkasanya yang aman damai….

Tidak sedikit peristiwa, di mana kecerdikan dan kelicinan ‘Amr radhiyallahu ‘anhu menonjol dengan gemilang! Dalam hal ini kita tidak memasukkan perbuatan sehubungan dengan Abu Musa al-’Asy’ari pada peristiwa tahkim, yakni ketika kedua mereka menyetujui bahwa masing-masing akan menanggalkan Ali dan Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhuma dari jabatan mereka, agar urusan itu dikembalikan kepada Kaum Muslimin untuk mereka musyawarahkan bersama. Ternyata Abu Musa radhiyallahu ‘anhu melaksanakan hasil persetujuan tersebut, sementara ‘Amr radhiyallahu ‘anhu tidak melaksanakannya ….

Sekiranya kita ingin menyaksikan bagaimana kelicinan serta kesigapan tanggapnya, maka pada peristiwa yang dialaminya bersama komandan benteng Babilon di saat peperangannya dengan orang-orang Romawi di Mesir, atau menurut riwayat-riwayat lain, bersama arthabon Romawi di pertempuran Yarmuk di Syria … !

Yakni ketika ia diundang oleh komandan benteng atau oleh arthabon untuk berunding, dan sementara itu komandan Romawi telah menyuruh beberapa orang anak buahnya untuk menggulingkan batu besar ke atas kepalanya sewaktu ia hendak pulang meninggalkan benteng itu, sementara segala sesuatu dipersiapkan, agar rencana tersebut dapat berjalan lancar dan menghasilkan apa yang dimaksud mereka ….

‘Amr pun berangkat menemui komandan, tanpa sedikit pun menaruh curiga, dan setelah berunding mereka berpisahlah.
Tiba-tiba dalam perjalanannya ke luar benteng, terkilaslah olehnya di atas tembok, gerakan yang mencurigakan, hingga membangkitkan gerakan refleknya dengan amat cepatnya, dan dengan tangkas berhasil menghindarkan diri dengan cara yang mengagumkan ….

Dan sekarang ia kembali mendapatkan komandan benteng dengan langkah-langkah yang tepat dan tegap serta kesadaran tinggi yang tak pernah goyah, seolah-olah ia tak dapat dikejutkan oleh sesuatu pun dan tidak dapat dipengaruhi oleh rasa curiga Kemudian ia masuk ke dalam, lalu katanya kepada komandan: “timbul dalam hatiku suatu fikiran yang ingin kusampaikan kepada anda sekarang ini ….. Di pos komandoku sekarang ini sedang menunggu segolongan shahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam angkatan pertama masuk Islam, yang pendapat mereka biasa didengar oleh Amirul Mu’minin radhiyallahu ‘anhu untuk mengambil sesuatu keputusan penting. Bahkan setiap mengirim tentara, mereka selalu diikutsertakan untuk mengawasi tindakan tentara dan langkah-langkah yang mereka ambil. Maka maksudku hendak membawa mereka ke sini agar dapat mendengar dari mulut anda apa yang telah kudengar, hingga mereka beroleh penjelasan yang sebaik-baiknya mengenai urusan kita ini … !”

Komandan Romawi itu secara bersahaja maklum karena nasib mujurnya, ‘Amr lolos dari lobang jarum, dengan sikap gembira ia menyetujui usul ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, hingga bila ‘Amr radhiyallahu ‘anhu nanti kembali dengan sejumlah besar pimpinan dan panglima Islam pilihan, ia akan dapat menjebak mereka semua, daripada hanya ‘Amr seorang Dan secara sembunyi-sembunyi hingga tidak diketahui oleh ‘Amr, dipertahankannyalah untuk tidak mengganggu ‘Amr dan menyiapkan kembali perangkap yang disediakan untuk panglima Islam tadi, guna menghabisi para pemimpin mereka yang utama ….

Lalu dilepasnya ‘Amr dengan besar hati, dan disalaminya amat hangat sekali …, disambut oleh ahli siasat dan tipu muslihat Arab itu dengan tertawa dalam hati ….

Dan di waktu subuh keesokan harinya, dengan memacu kudanya yang meringkik keras dengan nada bangga dan mengejek, ‘Amr radhiyallahu ‘anhu kembali memimpin tentaranya menuju benteng.

Memang, kuda itu merupakan suatu makhluq lain yang banyak mengetahui kelihaian dan kecerdikan tuannya … !

Dan pada tahun ke-43 Hijrah, wafatlah ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu di Mesir, sewaktu ia menjadi gubernur di sana…. Di saat-saat kepergiannya itu, ia mengemukakan riwayat hidupnya, itu secara bersahaja maklum bahwa kepergiannya katanya: “Pada mulanya aku ini seorang kafir, dan orang yang amat keras sekali terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga seandainya aku meninggal pada saat itu, pastilah masuk neraka … !

Kemudian aku bai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tak seorang pun di antara manusia yang lebih kucintai, dan lebih mulia dalam pandangan mataku, daripada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam Dan seandainya aku diminta untuk melukiskannya, maka aku tidak sanggup karena disebabkan hormatku kepadanya, aku tak kuasa menatapnya sepenuh mataku … !

Maka seandainya aku meninggal pada saat itu, besar harapan akan menjadi penduduk surga Kemudian setelah itu, aku diberi ujian dengan beroleh kekuasaan begitupun dengan hal-hal lain. Aku tidak tahu, apakah ujian itu akan membawa keuntungan bagi diriku ataukah kerugian… !”

Lalu diangkatnya kepalanya ke arah langit dengan hati yang tunduk, sambil bermunajat kepada Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Pengasih, katanya: “Ya Allah, daku ini orang yang tak luput dari kesalahan, maka mohon dimaafkan Daku tak sunyi dari kelemahan, maka mohon diberi pertolongan… ! Sekiranya daku tidak beroleh rahmat karunia-Mu, pasti celakalah nasibku… !”

Demikianlah ia asyik dalam bermohon dan berhina diri hingga akhirnya ruhnya naik ke langit tinggi, di sisi Allah Rabbul- ‘izzatl, sementara akhir ucapan penutup hayatnya, ialah : La ilaha illallah ….

Di pangkuan bumi Mesir, negeri yang diperkenalkannya dengan ajaran Islam itu, bersemayamlah tubuh kasamya….

Dan di atas tanahnya yang keras, majlisnya yang selama ini digunakannya untuk mengajar, mengadili dan mengendalikan pemerintahan, masih tegak berdiri melalui kurun waktu, dinaungi oleh atap mesjidnya yang telah berusia lanjut “Jami’u ‘Amr”, yakni mesjid yang mula pertama didirikan di Mesir, yang disebut di dalamnya asma Allah Yang Tunggal lagi Esa serta dikumandangkan ke setiap pojoknya dari atas mimbarnya kaiimat-kalimat Allah serta pokok-pokok Agama Islam. (ar/ks)
Sumber:www.suaramedia.com

Abdurahman Al Jami, Sufi Jenius Yang Mengetahui Hari Kematiannya

Nama lengkapnya Nuruddin Abdurahman Al-Jami. Dia adalah satu di antara sejumlah orang genius dari negeri Persia. Lahir di Kharjad pada 1414 M (817 H) dan wafat di Heart pada 1492 M (898 H).


Sebelum populer dengan sebutan Al-Jami, dia bergelar Ad-Dasyti, karena ayahnya, Nizamuddin, berasal dari Dasyt, dekat Kota Isfahan. Sejak berusia muda, Al-Jami sudah menunjukkan sifatnya yang istimewa. Ia mudah menguasai pelajaran yang diberikan kepadanya.

Ia pandai berbicara dan berargumentasi. Salah satu di antara para ulama yang pernah menjadi guru atau pembimbingnya adalah Syekh Sa’aduddin Al-Kasygari, murid sekaligus Khalifah Syekh Bahaudiin Naqsyabandi. Berkat potensinya yang besar dan ketekunannya belajar dan menulis, ia berkembang menjadi sufi besar dan sekaligus menjadi penyair besar yang berpengetahuan luas.

Kebesaran dan kemasyhuran nama Al-Jami tidak hanya bergema di kawasan Persia, tetapi juga mencapai Turki Usmani. Disebutkan pada suatu waktu ia berada di Damaskus, mencari utusan Sultan Turki Usmani yang bermaksud mengundangnya ke Istana dan telah menyiapakan hadiah baginya. Karena tidak tertarik pada undangan itu, Al-Jami segera meninggalkan Kota Damaskus.

Para sarjana masih bisa melihat kebesaran Al-Jami melalu karya-karya tulisnya yang menurut satu sumber berjumlah 46 buah, tapi menurut sumber lain tidak kurang dari 90 buah buku dan risalah. Kebanyakan karya tulisnya berbicara dalam bidang tasawuf, tapi bidang-bidang lain juga tidak luput dari perhatiannya. Ia menulis komentar tafsir atas sejumlah surah dalam Al-Qur’an, komentar terhadap 40 hadis dan hadis-hadis yang riwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari

Karya-Karyanya

Ia menulis tentang biografi Nabi Muhammad, bukti-bukti tentang kenabiannya, tentang biografi para sufi dan pengajaran mereka tentang para penyair, raja-raja, puisi, Musik, dan tata bahasa Arab. Di antara karyanya, yang berbentuk prosa adalah Nafahat Al-Uns (hadiah-hadiah persahabatan), yang menyajikan biografi dan pengajaran para sufi. Juga Lawami’ (percikan cahaya-cahaya), yang merupakan komentar terhadap karya Ibnu Arabi.

Kendati kemasyhuran Al-Jami’ lebih bersandar pada kehadirannya sebagai penyair besar, perannya sebagai juru bicara tasawuf aliran Wahdatul Wujud, manunggaling Kawula Gusti, bersatunya Makhluk-Khalik, tidak kalah pentingnya. Satu di antara banyak masalah tasawuf yang dijelaskan oleh AL-Jami’ adalah masalah yang berkaitan dengan manusia. Menurutnya, Nafs atau jiwa manusia, sebagai unsur atau prinsip yang menghidupkan tubuh manusia, memiliki potensi untuk mencapai sejumlah tahap kesempurnaan yang berbeda. Dengan melewati tahap demi tahap, jiwa itu akan semakin dekat dan menyatu dengan Tuhan.

Tingkatan Jiwa

Jiwa pada tahap paling rendah disebut Nafs Amarat, yakni nafs yang terus menerus mendorong kepada hal-hal yang buruk dan rendah. Setelah melalui latihan spritual, jiwa meningkat menjadi Nafs Lawwamat, yakni jiwa yang mampu mencela kekurangan-kekurangan dirinya sendiri. Bila di tingkatkan lagi, jiwa itu akah sampai kepada puncak kesempurnaannya, itulah Nafs Mutmainnat, yakni jiwa yang tentram, damai, dan bahagia. Manusia yang memiliki jiwa yang sempurna itu disebut juga manusia sempurna atau Insan Kamil.

Mengenai manusia sempurna ini, Al-Jami’ sebenarnya memberikan penjelasan  yang cukup panjang. Manusia sempurna dalam kajian penganut Wahdatul Wujud bukan saja mengacu pada sejumlah kecil individu yang pernah hidup dimuka bumi ini dan memiliki jiwa yang paling sempurna namun juga mengacu pada ciptaan  Allah yang pertama, yang bersifat Spritual dan merupakan bentuk awal segenap alam semesta.

Dari banyak munajatnya yang indah kepada Allah, dia berkata, “Ya Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkara kecil yang tidak berguna. Tunjukkanlah kepada kami segala perkara menurut hakekatnya. Angkatlah dari batin kami selubung ketidaksadaran. Janganlah diperlihatkan kepada kami barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Kau biarkan bayang-bayang menutup batin kami, sehingga kami tidak dapat melihat keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami untuk menyaksikan-Mu.”

Pada bagian lain dia berkata, “Sang kekasih menyeru dari kedai minuman, datanglah lalu berilah aku anggur cinta, cawan demi cawan. Kubebaskan diriku dari belenggu logika dan nalar. Lalu kumulai meratap dan menangis untuk bersatu.”

Dalam tahun terakhirnya ia melihat visi tentang kematiannya, dan sering melantunkan bait syair berikut:

Adalah memalukan

Bahwa hari-hari berlalu tanpa kita

Bunga-bunga akan mekar dan musim semi akan tiba

Musim panas, musim dingin, dan musim semi akan berlalu

Dan kita pasti akan menjadi tanah dan debu.

Tahu Kematiannya

Beberapa hari sebelum kematianya, Al-Jami’ mengunjungi beberapa desa tetangganya. Sekali waktu ia pergi ke sebuah desa yang tidak diperhatikannya secara khusus, meskipun ia tinggal di sana cukup lama. Murid-muridnya yang merasa khawatir segera pergi kesana. Ia berkata kepada mereka, “Kita harus memutuskan tali Ikatan.”

Tiga hari sebelum kematiannya, ia memanggil beberapa murid dekatnya dan berkata kepada mereka, “Jadilah saksiku bahwa aku sama sekali tidak punya ikatan dengan apapun dan dengan siapa pun.”

Pada hari jumat pagi, ketika fajar menyingsing, ia merasa bahwa kematiannya akan tiba. Ia melakukan salat dan kemudian duduk melakukan dzikir. Di tengah hari ia pun wafat.

Ada sebuah kisah jenaka dituturkan mengenai saat kematian Al-Jami’.

“Para sufi yang sangat sedih mengetahui bahwa ia akan segera wafat, berkumpul di rumahnya, sebagian menangis pelan-pelan, sementara sebagian yang lain sibuk melantunkan dzikir, tetapi ada salah seorang yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras dan mengganggu yang lain, akhirnya Al-Jami’ mengangkat kepala dan berkata, “Demi Allah aku akan mati jika engkau tidak menghentikan keributanmu!”

Sebagai seorang penulis serba bisa, ia meninggalkan warisan berupa 81 buku tentang berbagai macam pokok bahasan. Diantaranya, koleksi puisi, uraian atas karya-karya Ibnu Arabi dan Haft Aurang, sebuah koleksi tujuh kisah dalam bentuk Matsnawi, kumpulan puisi.

Dari ketujuh cerita itu yang paling terkenal adalah kisah Yusuf dan Zulaikha. Episode tentang penggodaan atas Yusuf, oleh istri majikannya yang bernama Zulaikha, menjadi kisah cinta yang sangat menyentuh.. (ar/sf) Sumber:www.suaramedia.com

13 EKSPERIMEN SEKS

Seks memang merupakan aktivitas paling menyenangkan, namun bila dilakukan dengan “begitu-begitu” saja, lama-kelamaan akan menjadi aktivitas paling membosankan. Ubahlah kebiasaan ini agar seks tidak sekadar menjadi rutinitas. Eksperimen seksual adalah kunci untuk menjaga hubungan jangka panjang yang segar, menyenangkan, dan saling memuaskan. Menyampaikan apa yang menjadi harapan dan kebutuhan Anda akan membuat hubungan Anda dan pasangan semakin dekat.

“Saling bereksperimen membutuhkan kesediaan untuk menerima (keinginan pasangan), yang akan meningkatkan keintiman,” ujar Mort Fertel, konsultan pernikahan di Baltimore dan pencipta Marriage Fitness Program.Bila Anda ingin mendobrak rutinitas tersebut, 13 tipe hubungan seksual ini bisa Anda coba.

Holiday Sex
Libur sehari, atau libur long weekend, menjadi momen yang pas untuk melaksanakan “kewajiban” Anda. Apalagi jika pada hari-hari sebelumnya Anda rajin menolak ajakan bercinta dari suami dengan alasan kelelahan. Jangan membuat janji apa pun pada hari libur ini, termasuk ke mal bersama suami. Manfaatkan waktu kosong tersebut untuk bersantai di rumah, pesan makanan yang enak, nonton film di kamar, lalu akhiri dengan bercinta.

Make-Up Sex
Banyak pasangan yang mendadak ingin bercinta usai bertengkar dan berbaikan. Mengapa demikian? Sebab bertengkar melepaskan hormon dopamin, dan meningkatkan adrenalin, sehingga membuat Anda dan pasangan lebih bergairah. Maka, Anda tak perlu resah jika sedang berantem dengan si dia. Hubungan seks yang dilakukan usai perbedaan pendapat ini akan menjadi cara yang menyenangkan untuk baikan. “Ketika Anda dan pasangan saling kesal, Anda harus bisa melupakannya. Seks mengubah momentum sesuai argumentasi tersebut,” jelas Fertel.

Vacation Sex
Liburan bisa menjadi kesempatan baik bagi Anda untuk rileks dan menghidupkan kembali hubungan Anda dengan si dia. “Salah satu keuntungan dari liburan adalah Anda bisa memperbaharui keintiman seksual Anda,” kata Fertel. Jika Anda biasanya merencanakan semua detail perjalanan, pastikan Anda juga menjadualkan acara bercinta. Contohnya, tetaplah berdiam di dalam kamar sampai waktunya makan siang, atau kembalilah ke kamar usai makan malam untuk menghabiskan waktu untuk bersantai.

Animalistic Sex
Rasa ketergesa-gesaan juga dapat dilihat dengan cara yang positif. Si dia menjadi agresif, dan hal ini menyenangkan, karena Anda tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Misalnya, si dia tak lagi mempedulikan apakah Anda telah melepas pakaian atau tidak, atau apakah ruangan di sekitar rapi atau berantakan, gelap atau terang. Yang dia inginkan semua berjalan dengan alami.

Comfort Sex
Kadang-kadang, Anda juga membutuhkan sesuatu yang simpel, nyaman, dan memuaskan. Seks semacam ini dapat menjadi momen untuk mencurahkan rasa sayang satu sama lain, atau Anda mendukung si dia setelah mengalami hari yang berat di kantornya. Anda bisa menerapkan posisi yang menjadi favorit Anda berdua sehingga bisa saling memuaskan.

Hope-We-Don’t-Get-Caught Sex
Pernah mengalami ketika Anda terjebak dalam acara dimana tamu-tamunya tak ada yang Anda kenal, atau pertemuan keluarga yang membosankan? Anda bisa mengusir kebosanan dengan menyelinap ke kamar hotel, kamar ganti, atau ruang pribadi apa pun. Temui si dia di sana. Kemungkinan untuk dipergoki orang lain membuat suasana menjadi mendebarkan, namun menambah kegairahan pada Anda.

Fulfill-Your-Fantasy Sex
Setiap orang pasti memiliki fantasi seksual. Sekali-sekali, Anda perlu menyampaikan fantasi seksual Anda pada suami, dan lihat bagaimana reaksinya. Bila ia excited, coba tanyakan apa fantasi seksualnya. Lalu, ajaklah ia untuk mempraktekkannya. “Sebaiknya kita memang mencoba melakukan fantasi kita, sejauh itu masih bisa dilakukan,” ujar Fertel.

Quickie Sex
Karena harus dilakukan dengan cepat, Anda harus mengabaikan acara foreplay-nya. Karena itu, pastikan Anda juga menginginkannya. Jika Anda enggan, namun bersedia melakukan hanya untuk menyenangkan suami, hm…. Anda membuat kesalahan. Begitu Anda setuju, Anda bisa melakukannya kapan saja. Dari sekadar menerima ajakan si dia bercinta sesaat sebelum ke kantor, mencuri waktu di fitting room saat Anda sedang mencoba pakaian, atau menyelinap keluar di sela-sela coffee break saat seminar.

Romantic, Sensual Sex
Menyisihkan waktu (bukan menyisakan waktu) untuk dapat menikmati seks tanpa terburu-buru, bisa menjadi kesempatan “mewah”. Lakukan seolah Anda baru pertama melakukannya dengan suami: semua dipersiapkan dengan matang, perlahan-lahan, dengan suasana yang ditata romantis, musik yang lembut, dengan aromaterapi yang menenangkan. Dengan demikian Anda akan menikmati setiap momen kebersamaan yang membuat hubungan intim makin terasa.

All-Over-the-House Sex
Daerah “jajahan” Anda baru tempat tidur dan ruang tamu saja? Cobalah melakukannya di ruangan-ruangan lain di rumah Anda. Inti dari seks semacam ini sebenarnya lebih pada spontanitas dalam hubungan. “Spontanitas itu indah, menyenangkan, dan mendebarkan,” kata Fertel. Seringkali, menurutnya, orang terjebak dalam rutinitas dimana mereka melakukan hubungan intim pada waktu yang sama, tempat yang sama, bahkan posisi yang sama. Hal ini akan menyebabkan aktivitas seks menjadi membosankan.

Outdoor Sex
Minta anak-anak bermain di tempat lain, atau tunggu hingga mereka terlelap. Setelah itu, tiba giliran Anda untuk “bermain-main” di halaman, di garasi, atau di kamar atas yang menghadap ke balkon. Biarkan pintu terbuka. Tentu, Anda tidak mungkin melakukan intercourse saat di teras rumah, di pinggir pantai, atau di tempat-tempat dimana akan ada banyak orang. Cukup dengan saling membelai bagian-bagian sensitif Anda dan si dia.

Position of the Week Sex
Mencoba posisi baru memberikan kesempatan bagi Anda untuk mengenali apa yang nyaman dan menyenangkan bagi Anda dan pasangan. Siapa tahu Anda yang belum pernah mencapai orgasme dapat menemukan posisi yang memungkinkan Anda untuk mendapatkannya? Hal ini akan membuat Anda bahagia dan lega karena ternyata ada cara untuk mendapatkan kesenangan tersebut, dan apa yang tidak berhasil untuk Anda. Lakukan sebagai selingan untuk membuat hubungan intim tetap fresh, dan mencegahnya menjadi rutin.

Marathon Sex
Hujan turun tak begitu deras, namun merata di segala tempat. Biasanya hujan semacam ini akan berlangsung lama. Tak ada kegiatan lain yang enak dilakukan kecuali mendekam seharian di kamar dan meringkuk dalam pelukannya. Bercintalah dengan santai seolah waktu tak akan pernah berlalu. Hitung berapa kali Anda mencapai puncak. Ketika energi seksual Anda telah dicurahkan sepenuhnya, Anda berdua akan merasa begitu lelah namun puas.

Sumber:http://isidunia.blogspot.com

8 ALASAN KENAPA ORANG PERLU PIJAT

Bagi kebanyakan orang Indonesia, pijat sudah jadi kebutuhan saat badan terasa lelah atau sakit. Tapi memang ada alasan kenapa orang perlu dipijat. Jadi pijat bukan hanya sekedar hobi atau kebiasaan saja.

Mendapatkan pemijatan yang tepat dan dilakukan oleh orang yang memang benar-benar tahu cara memijat akan memberikan banyak manfaat, terutama untuk relaksasi santai dan menghilangkan stres.

Pijat ada yang dilakukan dengan cara tradisional, moderen atau campuran keduanya, serta ada juga yang mengembangkan pemijatan untuk terapeutik.

Seperti dikutip dari Healthmad dan Buzzle, ada beberapa hal yang membuat setiap orang perlu dipijat, yaitu:

1. Pijat secara signifikan dapat mempengaruhi sistem saraf perifer, meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan mempercepat proses regenerasi (pemulihan) saraf yang cedera, serta mencegah gangguan pembuluh darah dalam hal komunikasi dan suplai.

2. Pijat mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler cadangan. Hal ini akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan organ, meingkatkan proses reduksi oksidasi, memfasilitasi jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh. Serta memberikan sedikit peningkatan jumlah trombosit, leukosit, eritrosit dan hemoglobin tanpa mengganggu keseimbangan asam-basa.

3. Pijat mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan gizi jaringan, mengurangi stasis pada sendi serta organ dan jaringan lain.

4. Pijat memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya, seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi, ekskresi dan pernapasan kulit. Setelah dipijat kulit akan menjadi lebih kenyal seta meningkatkan pengaruhnya terhadap suhu (sensitifitasnya menurun terhadap suhu dingin).

5. Pijat bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil yang mempercepat keluarnya metabolit (hasil metabolisme). Hal ini tergantung dari seberapa kuat dan cepat pijat yang dilakukan.

6. Pijat membantu mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam otot-otot dan memulihkan keadaan normalnya.

7. Piijat membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah. Karena sirkulasinya membaik, maka pada gilirannya organ-organ yang ada di dalam tubuh akan berfungsi dan bekerja lebih baik.

8. Pijat bisa membantu mengatasi nyeri otot superfisial dan memperbaiki postur tubuh yang buruk, hal ini karena pijat dapat bekerja memanipulasi otot dan sendi.

Seseorang tidak perlu terlalu banyak mendapatkan pijat. Efek terapi dan santai yang didapatkan dari pijat sangat baik untuk tubuh, karenanya setiap orang perlu mendapatkan pemijatan yang baik.
Sumber:http://isidunia.blogspot.com/

7 KALAINAN PADA PAYUDARA YANG PERLU DI WASPADAI

Pemeriksaan rutin merupakan langkah tepat untuk mengantisipasi lebih dini risiko kanker payudara. Jika cukup jeli, tanda-tanda kanker bisa dideteksi sendiri dari kelainan-kelainan yang terdapat di sekitar jaringan payudara.

Dikutip dari Shine, berikut ini adalah 7 kelainan yang perlu diwaspadai sebagai gejala kanker payudara.

1. Benjolan
Gejala kanker payudara yang paling mudah dikenali adalah munculnya benjolan yang tidak normal. Benjolan itu bisa umumnya diraba sendiri, meski kadang-kadang hanya bisa diketahui keberadaannya lewat pemeriksaan mammograph.

Benjolan yang keras dengan bentuk tidak teratur lebih perlu diwaspadai dibandingkan benjolan yang lunak dan bulat. Benjolan lunak biasanya dipicu oleh adanya kista, meski kista juga bisa mengeras jika mengalami pengapuran.

2. Pembengkakan
Meski tidak ada benjolan, payudara yang membengkak atau terasa berat perlu diwaspadai. Kehamilan dan retensi (penumpukan) cairan akibat terlalu banyak konsumsi garam sebenarnya juga bisa menyebabkan payudara membengkak, namun pembengkakan akibat kanker biasanya tidak simetris antara payudara kiri dan kanan.

3. Iritasi kulit
Gejala kanker juga bisa diamati dari kulit payudara atau puting yang memerah, tebal dan bersisik. Jika tanda-tanda itu muncul meski tidak sedang mengalami infeksi kulit dan tidak memiliki alergi terhadap bahan kimia pada pakaian, sabun dan lotion, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.

4. Nyeri di bagian puting
Kista di payudara juga bisa menyebabkan rasa nyeri di bagian puting. Untuk membedakannya dengan kanker payudara, periksakan segera dan mintalah dokter untuk melakukan pemeriksaan ultrasonik yang bisa membedakan kista dengan sel kanker.

5. Puting tenggelam (nipple retraction)
Meski jarang, pertumbuhan sel kanker payudara di sekitar areola juga bisa menyebabkan puting tenggelam. Jika gejala ini muncul tiba-tiba dan bertahan hingga beberapa pekan, ada kemungkinan terjadi traksi atau pengencangan kelenjar susu yang terjadi karena terdesak oleh sel tumor.

6. Cairan aneh di puting
Selain susu, cairan apapun yang keluar dari puting perlu diwaspadai terutama jika berwarna merah atau coklat. Biasanya dokter akan melakukan ductogram yakni sejenis mammograph untuk memeriksa kelainan kelenjar susu, lalu mengamati cairan yang keluar dengan bawah mikroskop untuk mengetahui adanya sel kanker di dalamnya.

7. Pembengkakan kelenjar getah bening
Kanker payudara selalu ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di daerah ketiak. Periksakan segera untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, meski kadang-kadang infeksi juga bisa menyebabkan bagian ini membengkak.

Sumber:http://isidunia.blogspot.com

Berjalan Dengan Dua Kaki, Seekor Babi China Jadi Selebritis

BEIJING (Berita SuaraMedia) - Seekor babi yang berjalan dengan dua kaki menjadi selebritis lokal di China. Babi ini menjadi selebriti lokal di China karena kemampuannya berjalan walaupun hanya memiliki dua kaki.

Babi berusia 10 bulan itu dikenal warga dengan nama "Zhu Jianqiang" atau "babi dengan semangat tinggi". Sejak lahir ia memang berkaki dua di bagian depan dan belajar untuk menyeimbangkannya agar bisa berjalan.

Menurut pemiliknya, Wang Xihai, babi tenar itu adalah satu dari sembilan babi kecil yang lahir Januari 2010 lalu.

"Istriku menyuruhku untuk membuangnya, tapi aku menolak karena bagaimanapun ia adalah mahluk hidup."

"Aku merasa harus memberinya kesempatan untuk bertahan. Dan memang di luar dugaan, ia terus bertahan sejauh ini dengan sehat," kata Wang Xihai seperti diberitakan Telegraph.

Lalu, beberapa hari setelah kelahirannya, Wang melatih babi istimewa itu berjalan. Caranya, dengan mengangkat buntut babi itu.


"Saya melatihnya beberapa saat tiap hari. Setelah 30 hari, ia bisa berjalan tegak dengan baik," kata Wang, bangga.

Sejak kelahiran babi betina itu, Wang mengaku rumahnya kebanjiran pengunjung.

Tujuannya, untuk melihat 'babi seberat 50 kilogram yang berjalan dengan dua kaki.

Wang mengaku, meski ada sirkus yang menawar babinya dengan harga mahal, ia menolaknya.

"Babi ini membuktikan tidak peduli dalam bentuk apa pun, kehidupan akan terus berjalan. Saya tidak akan menjualnya berapa pun tawaran yang diberikan," pungkasnya. (fn/vs/ok/km)
Sumber:www.suaramedia.com

Kisah Umar bin Abdul Aziz Dan Penguburannya Hidup-Hidup

Kejadian ini terjadi pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, saat dihadirkan dimajelisnya seorang laki-laki dari khawarij yang diancam dengan hukuman mati. Al-Walid melihat kepadanya dan menanyainya dengan sekumpulan pertanyaan yang telah dia siapkan untuk membunuhnya, dan dia tidak mungkin selamat darinya.

“Apa yang kamu katakan tentang Abu Bakar?”


Dia menjawab: “Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam goa, orang kedua saat keduanya berada di dalam goa, mudah-mudahan Allah merahmatinya dan mengampuninya.”

Dia bertanya lagi: Apa yang kamu katakan tentang Umar? Dia menjawab, “Dia adalah al-faruq, mudah-mudahan Allah merahmati dan mengampuninya.”

Dia bertanya lagi: Apa yang kamu katakan tentang Utsman? Dia menjawab, “Beberapa tahun diawal pemerintahannya dia memerintah dengan adil.”

Kemudian datanglah pertanyaan yang mematikan: “Apa yang kamu katakan tentang Marwan bin al-Hakam (yakni kakek al-Walid)?” orang khawarij tersebut menjawab tanpa ragu-ragu, “Mudah-mudahan Allah melaknat orang tersebut”.

Al-Walid menahan amarahnya, kemudian menanyainya: “Apa yang kamu katakan tentang Abdul Malik (ayah al-Walid)?” Maka dia menjawab, “Dia adalah putranya, mudah-mudahan Allah melaknatnya.”

Kemudian dia lebih mendekat seraya bertanya: “Apa yang kamu katakan tentangku?” Dia menjawab tanpa ragu-ragu, “Dia adalah putra dari orang itu, dan engkau adalah orang ketiga yang terburuk.”

Di dalam majelis kala itu ada Umar bin Abdul Aziz, dan Khalid bin Rayyan (algojo al-Walid). Maka menolehlah al-Walid dan berkata kepada Umar bin Abdul Aziz: “Wahai Umar, sungguh engkau telah mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki itu, maka apa yang kamu katakan?” Maka Umar bin Abdul Aziz menjawab dengan tenang, “Wahai Amirul Mukminin, tidak ada seorang pun yang lebih tahu tentang ini selain anda, anda adalah orang yang lebih faham tentangnya.”

Al-Walid pun semakin keras dalam bertanya: “Kamu harus mengucapkan dengan jelas apa pendapatmu?” yang dia inginkan adalah agar keputusan untuk membunuh lelaki tersebut dengan pendapat orang-orang di sekelilingnya.

Akan tetapi Umar merendahkannya dan berkata, “Jika engkau terus mendesak pendapatku, maka kukatakan, cacilah bapaknya sebagaimana dia telah mencaci bapak-bapakmu, dan jika engkau memaafkannya, maka itu lebih dekat kepada taqwa.”

Maka Al-Walid terpojok dan berkata, “Tidak ada lain kecuali ini…(maksudnya hukum bunuh).”

Maka Umar menariknya dan berkata dengan berani, “Tidak Wahai Amirul Mukminin ini adalah ini adalah sebuah kesewenangan, adapun yang hak, maka tidak ada lain kecuali ini…” Maksudnya bukan termasuk hakmu membunuh seseorang hanya karena sebuah kalimat yang dia ucapkan.

Kemudian al-Walid menoleh kepada Khalid bin ar-Rayyan, dan membuat tanda-tanda kemurkaan yang memancar dari wajah yang sedang marah. Maka tatkala al-Walid pergi, berkatalah Khalid bin ar-Rayyan kepada Umar, “Demi Allah dia telah melihat kepadaku dengan sebuah pandangan seakan-akan dia ingin membunuhmu.”

Maka Umar berkata, “Apakah engkau akan menjadi pembunuhku?” Dia menjawab, “Ya, tanpa ragu-ragu dan dengan perintah khalifah.” Maka Umar berkata, “Sebuah keburukan bagi kalian berdua, dan sebuah kebaikan bagiku.

Maka tatkala Umar pergi dalam keadaan selamat, dia tetap tinggal dirumahnya untuk beberapa hari, dia tidak masuk ke istana khalifah. adapun al-Walid, dia kembali ke istrinya, yaitu Ummul Banin binti Abdul Aziz, dan dia adalah saudari Umar.

Maka al-Walid berkata kepadanya, “Saudaramu itu adalah orang haruri (yang dia maksud adalah seorang khawarij, karena dia berbicara dengan adil dan menolong yang tertindas), demi Allah aku benar-benar akan membunuhnya.”

Beberapa hari setelah itu, datanglah utusan al-Walid kepada Umar untuk mengundangnya. Maka tatkala Umar masuk ke istana, para pengawal mengikuti di kanan kirinya.

Mereka berkata, “Dari sini khalifah ingin melihatmu.” Maka merekapun memasukkaknnya ke dalam sebuah ruangan, kemudian mereka menutup lorong pintu, lalu menyemen pintu dengan tanah, maka berubahlah penjara menjadi tempat pekuburan.

Dari sinilah, saudari Umar mulai mencari-carinya, maka tidak ada yang menunjukkan tempatnya kecuali maula-maula (mantan-mantan budak) yang sudah dikebiri yang bekerja ditengah kaum wanita.

Maka masuklak istri al-Walid kepada al-Walid, memelas kepadanya, meminta belas kasihan kepadanya, kemudian dia menjatuhkan wajah dihadapannya, menciumi kedua tangannya dan meminta belas kasihan untuk saudaranya. Maka al-Walid pun melihat kepadanya dengan kemurkaan, seyara berkata, “Pergilah kamu kepadanya, aku telah membebaskannya, mudah-mudahan dia masih hidup hingga bisa diberi rizqi.”

Maka tatkala mereka memasuki ruangan tersebut, dan membongkar tanahnya, maka Umar dalam keadaan pada nafas-nafas terakhir, melemas terkulai.

Kemudian berputarlah hari demi hari, binasalah al-Walid, kemudian saudaranya, Sulaiman, lalu kekhalifahan jatuh ke tangan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Datanglah Khalid bin ar-Rayyan pada hari kekhilafahannya dengan memanggul pedang.

Maka berkatalah Umar kepadanya, “Wahai Khalid, pergilah dengan pedangmu ini (dia adalah seorang yang mudah menghunus pedang, sebagaiman telah kita ketahui tugasnya adalah memenggal leher-leher hanya karena sebuah kalimat), dan letakkanlah dirumahmu. Lalu duduklah kamu didalamnya, karena kami tidak butuh denganmu. Engkau adalah seorang laki-laki yang jika diperintahkan untuk sesuatu, engkau langsung melaksanakannya tanpa melihat kepada agamamu.”

Maka tatkala Khalid pergi, Umar melihat kepada tengkuk Khalid seraya berdoa, “Ya Allah, ya Rabbku, sungguh aku telah meletakkannya untuk-Mu, maka janganlah Engkau mengangkatnya untuk selamanya.” Maka tidaklah dia hidup selama satu jum’at kecuali dia terkena penyakit lumpuh, dia tidak bisa disembuhklan, kemudian mati.
Sumber: www.suaramedia.com